Senin, 03 Januari 2011

Post power syndrome


Post Power syndrome


Pernahkah Anda mendengar Post Power Syndrome?
Apa itu Post Power Syndrome?
Post power syndrome atau gejala pasca kehilangan kekuasaan. Gejala ini dapat menghantui siapapun, tak terkecuali pria maupun wanita. Seseorang yang menderita post power sindrome seolah-olah hidup dalam kebesaran masa lalunya. Misalnya jabatan, kekuasaan, kekayaan, kecerdasan, kepemimpinan, ketampanan, kecantikan dan lain sebagainya, dimana seakan-akan tidak mampu menerima kenyaataan yang terjadi saat ini.
Penyebab syndrome ini  bisa berbagai faktor. Namun biasanya dialami oleh mereka yang baru mendapatkan pensiun dari pekerjaannya karena purna tugas maupun PHK. Rutinitas, produktifitas yang secara formal dijalani setiap hari, kemudian harus kehilangan semua itu karena faktor usia, regenerasi jabatan dan lain hal, apabila tidak disikapi dengan positif maka “penyakit” ini bisa menyerang.
Biasanya orang yang menderita Post power sindrome adalah mereka yang senang dihormati (baca: gila hormat), suka dilayani, suka mengatur. Seseorang dengan need of power yang tinggi untuk menaklukkan orang-orang disekitarnya supaya tunduk dan patuh dengan perintahnya. Dia membutuhkan itu semua untuk  menjaga prestise dan statusnya. Orang yang mendedikasikan hidupnya terhadap pangkat, jabatan dan apapun sejenisnya itu, seolah-olah tanpa embel-embel kekuasaan, ia hanyalah sebagai manusia biasa, padahal dirinya berharap sesuatu yang lebih terutama penghormatan orang lain terhadapnya. Pendek kata, para penderita ini merupakan tipe manusia yang berlindung dibawah kekuasaan. Maka saat ia harus menyerahkan estafet kekuasaannya itu, bila tidak dibarengi dengan sikap legawa, seakan roda kehidupannya berbalik arah seratus delapan puluh derajat.
Secara umum orang yang terkena sindrome ini nampak sebagaimana gejala-gejala seperti berikut. Pertama, Gejala fisik, misalnya tampak kuyu, terlihat lebih tua, tubuh lebih lemah, sakit-sakitan. Kedua, Gejala emosi, misalnya mudah tersinggung, pemurung, senang menarik diri dari pergaulan, atau sebaliknya cepat marah untuk hal-hal kecil, tak suka disaingi dan tak suka dibantah. Ketiga, Gejala perilaku, misalnya menjadi pendiam, pemalu, atau justru senang berbicara mengenai kehebatan dirinya di masa lalu, senang menyerang pendapat orang, mencela, mengkritik, tak mau kalah, dan menunjukkan kemarahan baik di rumah maupun di tempat umum. (kompas.com. 6 juni 2010)
Pada dasarnya gejala post power syndrome itu sangat lumrah dialami oleh seseorang, apalagi ketika baru saja menghadapi masa transisi setelah masa jabatan berakhir. Terkadang seseorang menjadi limbung tidak tahu harus beraktifitas apa untuk menghabiskan hari-harinya ke depan. Namun keadaan seperti ini tidak boleh berlarut-larut. Harus segera menyesuaikan dengan diri dengan kehidupan barunya. ketidakmampuan seseorang untuk beradaptasi dengan kehidupan barunya sangat rentan terhadap sindrome ini
Untuk mengatasinya ada beberapa terapi yang bisa dilakukan. Yang pertama, kita harus bisa menyadari bahwa kekuasaan, jabatan dan apapun yang melekat dalam diri seseorang itu bersifat sementara. Semua ada masanya. Dan ketika tiba waktunya, harus rela menyerahkannya kepada orang lain. Itu merupakan sunnatullah atau hukum alam. Kedua, membiasakan untuk berfikir positif dan mengambil hikmah terhadap apapun yang menimpa diri kita. Ketiga, melakukan berbagai aktifitas baru sehingga dapat menemukan aktualisasi diri yang baru. Salah satunya dengan menyalurkan hobby seperti; menulis, bagi yang suka menulis; memancing, berkebun dsb. Dengan demikian akan banyak waktu yang terisi dengan kegiatan yang lebih berguna.
Namun yang tidak kalah pentingnya adalah dukungan orang-orang di sekitar seperti keluarga serta kematangan emosi seseorang itu sangat berpengaruh, bagaimana melewati fase-fase ini. Keluarga sebagai lingkungan terdekat harus bisa merangkul dan menerima keberadaannya yang sudah tidak lagi produktif. Apabila penderita ini menyadari betapa besar dukungan dari keluarga terhadap dirinya, maka ia akan segera bisa untuk beraktifitas lagi dan menyalurkan emosinya supaya lebih konstruktif.
Keadaannya akan  sangat  berbalik, apabila lingkungan keluarga bersikap kontra, seperti mengucilkan, mengolok-olok, menyindir dan menganggapnya sebagai manusia yang sudah tidak berguna. Bisa jadi, syndrome ini akan semakin parah sehingga bisa menimbulkan depresi bahkan sampai pada gangguan kejiwaan.
Sebagai penutup, post power syndrome ini bisa kita hindari, apabila kita sebagai manusia, bisa lebih mendekatkan diri kepada sang Khalik. Selain itu kita juga harus bersikap rendah hati, memanusiakan manusia, setinggi apapun jabatan yang kita miliki, tidak mendewakan jabatan atau kekuasaan. Sehingga apabila semuanya harus berakhir, maka kita tidak mengalami kegoncangan jiwa. Harus berprinsip bahwa, “hidup harus bermanfaat ketika ada kekuasaan maupun tanpa kekuasaan”.

*) Nina Vinolia
(Penulis adalah Guru SMAN I Sidayu)

Merubah Energi menjadi Cahaya


Mengubah Energi Menjadi Cahaya dengan metode pembelajaran kuantum.
Oleh: Nina Vinolia, SE
Guru  SMAN 1 Sidayu
            Diakui atau tidak bahwa pembelajaran yang terjadi di dalam kelas terkadang masih terasa membosankan. Dimana dominansi peranan guru masih sangat besar, sementara peranan siswa dalam kegiatan pembelajaran dirasa belum maksimal. Guru tidak hanya bertindak sebagai sutradara dalam kelas, namun sekaligus penulis skenario yang membidani prosesi jalannya pembelajaran. Pendek kata kesuksesan atau kegagalan pembelajaran dalam kelas sangat bergantung dengan guru. Akibatnya bagi peserta didik, pembelajaran di sekolah bukanlah suatu kegiatan yang menyenangkan. Pembelajaran menjadi suatu aktifitas yang membelenggu, membatasi dan menyiksa. Contoh konkrit, adalah Eofuria kegembiraan siswa pada saat jam pelajaran kosong atau sekolah dipulangkan lebih awal dan pengumuman liburan sekolah. Pertanyaaannya adalah  apakah ada yang salah dengan model pembelajaran kita? Memang tidak dapat dipungkiri bahwa pesona televise, internet jauh lebih menarik dan mampu menyihir siswa-siswi kita, ketimbang mendengarkan celotehan gurunya.   
            Antusiasme peserta didik dalam mengikuti pembelajaran yang masih kurang ini, bisa jadi disebabkan oleh kurangnya interaksi, komunikasi serta hubungan yang seharusnya menjadi suatu jembatan antara guru dan murid. Dengan minimnya interaksi tersebut, maka pembelajaran menjadi hal yang tidak menyenangkan. Ditambah lagi, dalam kegiatan pembelajaran di kelas masih menempatkan peserta didik sebagai objek sedangkan guru sebagai subjek. Oleh sebab itu dibutuhkan suatu model pembelajaran yang bisa memposisikan siswa sebagai pemegang peranan yang penting dalam pembelajaran sementara guru bertindak sebagai pendamping atau teman belajar.
            Saat ini terdapat berbagai macam model pembelajaran. Misalnya pembelajaran kontekstual(contextual teaching and learning/CTL), pembelajaran konstruktivis, pembelajaran kooperatif, pembelajaran terpadu, pembelajaran aktif, pembelajaran berbasis projek (project based learning), pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), pembelajaran interaksi dinamis, dan pembelajaran kuantum (quantum learning).
            Seiring dengan kemunculan berbagai model tersebut, pembelajaran yang terakhir disebut yaitu pembelajaran kuantum, dirasa lebih popular dan banyak pihak  yang menyambutnya dengan gembira terutama di kalangan pendidikan. Hal tersebut dipicu dengan banyaknya kajian dan seminar-seminar yang membahas mengenai pembelajaran kuantum. Lebih jauh yang bisa kita harapkan adalah pembelajaran ini bisa memberikan sumbangsih dan juga solusi terhadap proses pembelajaran di kelas supaya lebih aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan (Paikem).
Menurut DePorter (2005:5) Pembelajaran kuantum adalah pembelajaran yang menyelaraskan berbagai interaksi dalam proses pembelajaran menjadi “cahaya” yang dapat melejitkan prestasi siswa dengan menyingkirkan hambatan belajar melalui penggunaan cara dan alat yang tepat dan melibatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran kuantum merupakan metode pembelajaran yang mengharuskan guru memaksimalkan kemampuannya dalam mempresentasikan bahan ajar dengan cara yang menarik dan menyenangkan.
Oleh sebab itu dalam pembelajaran kuantum di kenal suatu konsep “Bawalah dunia mereka ke dunia kita dan hantarkanlah dunia kita ke dunia mereka”.  Hal ini menuntut guru untuk mengaitkan materi yang diajarkan dengan peristiwa- peristiwa, pikiran, atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah, sosial, musik, seni, rekreasi, akademik siswa. Akhirnya dengan pengertian yang lebih luas dan penguasaan yang lebih mendalam tentang materi pelajaran yang diajarkan oleh guru, siswa dapat membawa apa yang mereka pelajari ke dalam dunia mereka dan menerapkannya pada situasi baru. Melalui konsep itu bisa dilihat betapa pengajaran dengan Quantum Teaching tidak hanya menawarkan materi yang mesti dipelajari siswa. Tetapi lebih jauh dari itu, siswa juga diajarkan bagaimana menciptakan hubungan emosional yang baik dalam pembelajaran.
            Kata Quantum sendiri berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Jadi Quantum Teaching menciptakan lingkungan belajar yang efektif, dengan cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas. Bila metode ini diterapkan, maka guru akan lebih mencintai dan lebih berhasil dalam memberikan materi serta lebih dicintai anak didik karena guru mengoptimalkan berbagai metode.
            Sementara itu, dalam pandangan DePorter, istilah kuantum bermakna “interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya, karena semua kehidupan adalah energi”. Di samping itu, dalam pembelajaran kuantum diyakini juga adanya keberagaman. Hal ini bertitik tolak dengan input siswa kita dengan kemampuan, minat dan potensi yang berbeda-beda. Namun perbedaan itu bukanlah suatu hambatan. Guru disini bertindak sebagai pendamping, yaitu bagaimana memberdayakan potensi peserta didiknya.
Belajar kuantum berakar dari prinsip “suggestology” atau “suggestopedia” yang dikembangkan oleh Geogi Lozanov yang menjelaskan bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil belajar, dan setiap detail apapun memberikan sugesti positif ataupun negatif. Artinya, hasil belajar yang dicapai oleh anak didik (pembelajar) akan baik apabila lingkungan, proses, dan sumber-sumber belajar memberikan sugesti positif pada dirinya, demikian pula sebaliknya.
Prinsip- Prinsip pembelajaran kuantum
1. Segalanya berbicara
Segala sesuatu yang berada di ruang kelas mengandung sebuah pesan tentang belajar. Sebab itu dalam proses pembelajaran, guru wajib mengubah kelas menjadi komunitas belajar yang setiap detailnya telah diubah secara seksama untuk mendukung belajar yang optimal. Misalnya siswa membuat tempelan-tempelan yang menarik pada dinding-dinding kelas.
2. Segalanya bertujuan
Artinya  semua upaya yang dilakukan oleh guru dalam mengubah kelas menjadi komunitas belajar mempunyai tujuan, yaitu agar siswa dapat belajar secara optimal untuk mencapai prestasi
maksimal. Tempelan-tempelan pada dinding kelas tidak sekedar sebagai hiasan saja, tapi mengandung tujuan yang besar dalam meningkatkan pembelajaran.
3. Pengalaman sebelum pemberian nama
Proses belajar paling baik terjadi ketika siswa telah memperoleh informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk hal- hal yang mereka pelajari. Pada prinsip ini, guru sebelum menyajikan materi pelajaran harus memberi kesempatan siswa untuk mengalami atau mempraktekkan sendiri. Contoh materi tentang pelaku ekonomi. Setiap manusia adalah pelaku ekonomi, minimal sebagai konsumen. Dengan “pengalaman” tersebut kita akan lebih mudah mengenalkan kepada siswa pemahaman mengenai materi ini.
4. Akui setiap usaha
Keberagaman kemampuan siswa adalah sebuah kenyataan dan bukanlah suatu kendala dalam belajar. Berangkat dari keberagaman itu pula guru harus mampu menghargai setiap usaha mereka. Sehingga siswa yang lemah kemampuannya tidak menjadi minder justru termotivasi untuk meningkatkan diri mencapai hasil optimal.  
5. Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan
Setelah siswa melakukan serangkain tugas dan kegiatan dalam pembelajaran, maka guru disini harus memberikan reward, misalnya dalam bentuk pujian atas keberhasilan mereka. Hal ini sangat penting terutama untuk membangun semangat dan motivasi sehingga mereka lebih bergairah dalam mengikuti pembelajaran.
Kerangka perancangan pengajaran Quantum Learning dengan pendekatan TANDUR
1.      Tumbuhkan
Tumbuhkan minat belajar siswa dengan memuaskan rasa ingin tahu dalam bentuk : Apakah Manfaatnya Bagiku (AMBAK) jika aku mengikuti topik pelajaran ini. Misalnya tentang materi kelangkaan dan biaya peluang. Siswa diajak untuk memikirkan bahwa sumber daya itu bersifat terbatas/ langka, oleh sebab itu harus melakukan pilihan dalam berbagai hal. Dan ketika kita melakukan suatu pilihan konsekwensinya ada kegiatan lain yang harus dikorbankan (biaya peluang), misalnya selepas SMA kita memilih untuk bekerja, berarti kita harus rela mengorbankan kesempatan untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi.
2.      Alami
Cara apa yang terbaik agar siswa memahami materi? Pengalaman siswa dapat memberikan kontribusi yang besar dalam mengkontruksi pengetahuan siswa. Dengan pengalaman yang didapat siswa dapat memahami secara alami sesuai dengan kontur perkembangan otaknya.
3.      Namai
Setelah siswa melalui pengalaman belajar pada topik tertentu, ajak mereka untuk menulis di kertas, menamai apa saja yang telah mereka peroleh, apakah itu informasi, rumus, pemikiran, tempat dan sebagainya, ajak mereka untuk menempelkan nama-nama tersebut di dinding kelas dan dinding kamar tidurnya.
4.      Demonstrasikan
Guru hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendemonstrasikan kemampuanya di depan kelas. Kalau dalam pelajaran ekonomi, misalnya mengenai materi interaksi pelaku ekonomi, berikanlah kesempatan pada siswa untuk mendemonstrasikan dalam bentuk circular flow diagram bagaimana bentuk interaksi pelaku ekonomi rumah tangga, perusahaan, pemerintah dan masyarakat luar negeri.  Dengan cara ini siswa akan lebih mudah untuk mengingat dan memahami materi tersebut.
5.      Ulangi
Pengulangan akan memperkuat koneksi saraf. Ulangi pelajaran yang sudah berlalu melalui pancingan-pancingan pertanyaan kepada siswa dan hubungkan dengan pelajaran yang saat ini diajarkan. Dengan pengulangan demi pengulangan, materi yang diajarkan akan menempel pada memori otak siswa.
6.      Rayakan
Perayaan adalah ekspresi kelompok atau seseorang yang telah berhasil mengerjakan sesuatu tugas atau kewajiban dengan baik. Jadi, jika siswa sudah mengerjakan tugas dan kewajibannya dengan baik, layak untuk dirayakan. Misalnya dengan memberikan aplaus atau tepuk tangan dan sudah tentu nilai yang bagus.
Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kuantum merupakan model pembelajaran yang mengutamakan pada sebuah konsep hubungan serta interaksi antara guru dan siswa. Pembelajaran kuantum juga berangkat dari sebuah kenyataan bahwa peserta didik itu memiliki keberagaman dalam hal kemampuan, minat dan potensi. Dalam Pembelajaran kuantum, dikenal bahwa semua kehidupan adalah energi. Guru harus mampu menciptakan, menjalin dan menjaga suatu interaksi dengan siswa, agar siswa tersebut mampu merubah energi potensial yang ada pada dirinya menjadi cahaya yang akan menerangi, tidak hanya bagi dirinya tapi bagi lingkungannya.

Rabu, 29 Desember 2010

Blog sebagai media pembelajaran


Pemanfaatan Blog sebagai Media Pembelajaran Alternatif pada Mata Pelajaran Ekonomi

Oleh: Nina Vinolia,SE
Guru Ekonomi SMAN I Sidayu

            Kurikulum pendidikan di Indonesia telah mengalami proses metamorfosa atau perubahan demi perubahan, yang sesungguhnya tidak meninggalkan nilai dan substansi dari tujuan pendidikan itu sendiri, yaitu untuk membentuk masyarakat yang cerdas, mampu berfikir kritis, logis, berakhlak dan berbudi pekerti yang baik.
            Sekarang ini kurikulum yang diterapkan disekolah adalah kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Dalam hal ini guru memiliki kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan kondisi siswa. Untuk menunjang proses itu guru dan siswa membutuhkan sumber belajar sebanyak-banyaknya. Oleh sebab itu perlu kiranya mencari sumber belajar yang lain untuk menunjang kelancaran proses belajar mengajar di dalam kelas. Salah satu sumber belajar yang bisa digunakan adalah internet. Internet merupakan sumber informasi yang lengkap, mudah dan cepat diakses oleh siapapun, kapan pun dan dimana pun.
            Dengan adanya kemajuan teknologi sekarang ini sangat berpengaruh terhadap penyusunan dan penerapan strategi pembelajaran. Melalui kemajuan informasi khususnya, para guru dapat menggunakan berbagai media sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran. Dengan menggunakan media komunikasi bukan saja dapat mempermudah dan mengefektifkan proses pembelajaran, akan tetapi juga bisa membuat proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan.
            Dalam proses pembelajaran di kelas, guru harus mampu memanfaatkan berbagai media pembelajaran yang ada di lingkungan sekitar. Pemilihan media pembelajaran yang tepat akan membantu guru dalam menyampaikan materi kepada peserta didik, supaya mudah diterima dan pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. Oleh sebab itulah seorang guru harus memikirkan media belajar apa yang efektif dan dapat menstimulus atau memberikan rangsangan belajar agar siswa dapat mengkontruksi pikiran-pikirannya.
            Menurut Rossi dan Briedle (1996:3) yang dimaksud dengan media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio, televise, buku, Koran, majalah dsb. Berbagai macam media tersebut apabila digunakan dan diformat untuk tujuan pembelajaran maka dapat disebut sebagai media pembelajaran.
            Menurut Geerach dan Ely (1990:244) menegaskan bahwa media itu meliputi orang, bahan, peralatan atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan sikap.
            Terkait dengan inovasi di bidang media pembelajaran, mutu guru akan dapat ditentukan dari seberapa jauh atau kreatif dalam pengembangan dan inovasi media pembelajaran. Hal ini akan sangat membantu tugasnya sebagai pendidik yang profesional. Menurut Sudarmanto (1994:21), guru professional yaitu guru yang tahu secara mendalam tentang apa yang diajarkannya secara efektif dan efisien.
            Di sisi lain teknologi internet telah menjadi sumber informasi yang lengkap, mudah dan cepat diakses. Indonesia sendiri termasuk salah satu negara yang pertumbuhan dan pengguna internetnya cukup tinggi di dunia. Berdasarkan survey Kamar dagang dan industri Indonesia (KADIN), tahun 2006 tentang profil pengguna internet diperoleh data bahwa 25% pengguna internet berusia 15-19 Th, dan 30% penggunanya adalah pelajar dan mahasiswa.
            Ada satu situs yang cukup popular, bermanfaat dan banyak diminati oleh pengguna internet pada umumnya. Jenis situs tersebut adalah blog. Oleh sebab itu, kenapa tidak dioptimalkan saja penggunaan situs itu sebagai media pembelajaran alternative. Melalui blog, guru bisa memanfaatkannya dengan menuliskan materi pelajaran, soal-soal yang bisa diakses oleh siswa. Selain itu juga, blog bisa digunakan untuk media komunikasi dengan saling memberikan komentar (Tanya jawab) antara guru dan murid. Sehingga pembelajaran bisa berjalan dua arah. Guru dan siswa bisa sama-sama aktif.
            Dengan melihat, banyaknya siswa sebagai pengguna internet dewasa ini, penulis sungguh berharap bahwa blog bisa digunakan sebagai media pembelajaran di sekolah. selain itu penggunaan media blog sebagai media pembelajaran  diharapkan dapat mengurangi masalah tentang penyalahgunaan internet selama ini. Karena sesungguhnya teknologi itu tergantung dari siapa yang menggunakan. Kalau untuk suatu tujuan positif, maka akan dapat dirasakan manfaatnya. Namun, bila dari niatnya sudah kotor maka tekonologi bisa menjadi boomerang bagi diri sendiri.

Blog sebagai Media Informasi
            Blog dapat dikategorikan sebagai e-learning. Ini merujuk pada penggunaan tekhnologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan. Sebuah blog dapat dijadikan media belajar interaktif.

           
Kekuatan blog dalam dunia pendidikan:
·         Isinya bisa luas menyangkut banyak hal pengajaran
·         Bisa dijadikan ajang belajar menulis untuk menuangkan ide/gagasan
·         Relatif lebih hemat biaya
·         Menembus ruang
·         Pengembangan proses pembelajaran yang bervariatif
Blog merupakan salah satu media yang dapat mengembangkan kemampuan gagasan seseorang melalui tulisan. Melalui tulisannya di blog setiap siswa dapat mengembangkan hal-hal yang telah didapat dari membaca, mendengarkan penjelasan dari guru. Guru pun juga bisa menyampaikan materi, member tugas melalui blog. Selain itu setiap siswa dapat saling memberi komentar satu sama lain, begitu juga dengan guru maupun pengunjung blog lain. Diskusi online ini bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun tanpa terikat ruang dan waktu. Bahkan siswa dan guru dari sekolah yang berbeda pun dapat saling terlibat dalam diskusi yang sama dalam sebuah blog.
Menurut Maya Retno dkk, bahwa ada tiga metode pemanfaatan blog oleh para guru sebagai media pembelajaran, diantaranya sebagai berikut.
Metode 1: Blog guru sebagai pusat pembelajaran
·         Guru memiliki blog, siswa tidak
·         Semua aktifitas pembelajaran (tugas, tambahan materi, diskusi) ada di blog guru
·         Siswa tidak terbebani karena tidak perlu membuat blog-nya sendiri
Metode 2: Blog guru dan siswa yang saling berinteraksi
·         Guru dan siswa sama-sama memiliki blog
·         Tugas-tugas siswa dikerjakan di blog-nya masing-masing
·         Memicu iklim kompetitif positif antar siswa
·         Cara paling mudah untuk memperkenalkan siswa dengan blog
Metode 3: Komunitas blogger pembelajar
·         Tidak hanya guru dan siswa dari satu sekolah saja, bisa dengan sekolah lain
·         Memanfaatkan blog sebagai learning centre
·         Manfaat: memperluas jaringan antar sekolah, memperkaya diskusi.

Saran untuk semua pendidik dan khususnya bagi penulis sendiri.
1.      Hendaknya guru terus menggali sumber belajar apapun yang ada di lingkungan sekitar
2.      Guru harus bisa melihat perubahan modernisasi dan mengambil sisi positif apa yang bisa dimanfaatkan untuk anak didiknya
3.      Guru harus bisa mengoptimalkan peranan internet yang terus berkembang. Kalau selama ini internet dipandang telah menyumbang rusaknya moral generasi muda melalui situs-situs yang negative, namun sesungguhnya banyak sekali hal-hal positif yang bisa diambil untuk menunjang proses belajar mengajar.